Rabu, 14 Desember 2011

Jangan DI Baca


Ucapan Terima Kasih i
Ucapan Terima Kasih
yukur Alhamdulillah kepada Tuhan YME. Akhirnya, buku ini bisa selesai juga
di tengah-tengah beban pekerjaan yang sepertinya makin meningkat dari tahun
ke tahun. Setelah keberhasilan Seri Perencanaan Keuangan Keluarga yang
terbit pertama kali pada tahun 1999 dan membuat banyak orang jadi terilhami pada
topik-topik perencanaan keuangan, tiba saatnya saya harus memulai seri yang baru,
seri yang menekankan pada kiat-kiat praktis dan lebih sederhana tentang perencanaan
keuangan.
Yaah, tidak gampang memang buat saya untuk bisa memulai seri yang baru ini. Oleh
karena, itu berarti saya harus melakukan banyak perubahan dalam segi format. Akan
tetapi, syukurlah semua bisa diselesaikan.
Untuk itu, setelah banyak orang membantu saya dalam menyelesaikan buku ini, kini
giliran saya yang harus mengucapkan terima kasih pada banyak pihak. Oleh
karenanya, pertama-tama saya ucapkan terima kasih pada istri saya, Erry Kurniawati,
yang telah banyak memberikan dukungan buat saya, juga kepada Dala Rizfie dan Dwi
Utami, dua orang staf di kantor yang banyak membantu saya dalam penyelesaian
buku ini. Tidak lupa terima kasih juga kepada semua orang yang tergabung dalam
Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk & Rekan yang kesibukannya terus
meningkat dari tahun ke tahun.
Saya juga mengucapkan terima kasih pada orang-orang luar biasa di Penerbit PT Elex
Media Komputindo, mulai Pak Aluisius Arisubagijo, orang yang mengundang saya
pertama kali untuk menulis buku di tempat beliau, kemudian Mbak Yulian Masda,
editor saya yang telah mencurahkan banyak sekali waktunya dalam mengedit naskah
buku ini di tengah-tengah bahasa saya yang─katanya─kadang terlalu bertutur
sehingga harus banyak diedit. Juga kepada desainer sampul buku ini yang telah
memberikan desain yang luar biasa pada seri baru ini. Tidak lupa juga buat Mbak
Digna dan tim promosi yang sudah banyak membantu dalam mempromosikan bukubuku
saya.
Saya telah mengenal mereka selama lebih dari 5 tahun, dan mereka adalah tim yang
luar biasa buat saya sampai sekarang.
Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada fotografer saya, Ayu Ambong, yang
telah bersusah payah mencari konsep foto sampul dan harus bolak-balik menelepon ke
sana kemari untuk mencari lokasi yang tepat buat konsepnya yang luar biasa itu.
“Fuiih, akhirnya kita jadi foto juga ya, Ayu?”
Terakhir, saya ucapkan terima kasih juga buat seluruh keluarga besar dan rekan-rekan
saya yang terlalu panjang untuk saya sebutkan satu per satu. Buku ini tidak akan
selesai tanpa Anda semua. Terima kasih.
S
Rahasia Menjadi Kaya … ii
Rahasia Menjadi Kaya
Sebagai Seorang
Karyawan
Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?”
Pertama-tama, mungkin Anda kaget membaca judul buku ini.
Ya, buat saya, memang tidak mudah memberikan pernyataan menantang seperti itu,
apalagi kalau harus saya tulis di sampul buku. Akan tetapi, harus kita akui, beberapa
tahun terakhir ini, masyarakat kita seperti dibombarbir pernyataan-pernyataan yang
memekakkan telinga seperti ini:
“Jangan mau seumur hidup jadi orang gajian …”
“Mau kaya? Jangan jadi karyawan …”
“Buka Usaha Sendiri adalah kunci menuju kekayaan …”
“Kerja jadi karyawan mah gak akan bisa kaya …”
“Penghasilan gue sih segini-segini aja. Nggak akan pernah bisa gede. Maklum, kuli
…”
… dan seterusnya.
Kalau Anda perhatikan, pernyataan-pernyataan tersebut kebanyakan diungkapkan
oleh mereka yang ingin memotivasi Anda bahwa kalau mau kaya, Anda harus
mempunyai usaha sendiri.
Bahkan, bukan satu dua kali saya melihat buku-buku yang membahas pentingnya
Anda membuka usaha sendiri kalau ingin kaya.
Saya tidak melihat satu pun karyawan yang mencoba membantah opini itu secara
terang-terangan di ruang publik, baik berupa pemikiran di media cetak, media
elektronik maupun di buku seperti yang akhirnya saya tulis sekarang.
Kebanyakan mereka hanya diam, bahkan mungkin setuju dengan penyataan itu.
Nah, repotnya, bagi kebanyakan orang sulit untuk tidak mendapatkan penghasilan
kalau tidak menjadi karyawan. Banyak di antara mereka yang─walaupun memiliki
modal untuk bisa buka usaha─lebih memilih bekerja sebagai karyawan agar bisa
Rahasia Menjadi Kaya … iii
mendapatkan penghasilan rutin dan tetap. Banyak dari mereka yang memutuskan
menjadi karyawan karena merasa tidak mempunyai bakat─bahkan tidak mempunyai
keinginan─untuk membuka usaha. Menjadi karyawan, bagaimanapun, adalah
keinginan terbesar yang muncul pada sebagian besar orang di perkotaan bila ingin
mendapatkan penghasilan.
Bahkan mereka yang lulusan dari perguruan tinggi terkenal pun sering kali tidak ingin
menjadi pengusaha; mereka hanya ingin bekerja sebagai karyawan.
Saya tahu ada banyak motivasi yang diberikan orang-orang di sekitar Anda tentang
pentingnya Anda membuka dan menjadi owner dari usaha milik Anda sendiri.
Terhadap keinginan itu, saya hanya ingin mengatakan bahwa kalau Anda memang
mau menjadi pemilik usaha, ya nggak apa-apa. Namun, tidak ada salahnya juga ‘kan
kalau Anda tetap memutuskan untuk menjadi karyawan?
Iya dong. Menjadi karyawan adalah pilihan yang harus dihormati. Logikanya saja
deh, kalau tidak ada orang yang mau jadi karyawan di dunia ini, siapa yang akan
menjalankan bisnis? Tidak ada, kan? Jadi, kalau Anda seorang karyawan, jangan mau
terprovokasi tentang tidak perlunya menjadi karyawan lama-lama. Oleh karena,
bagaimanapun, karyawan dan pengusaha adalah mitra yang sama-sama menjalankan
bisnis.
Cuma saja, karyawan─tentu saja─memiliki hak yang berbeda dengan si pengusaha. Si
pengusaha, yang biasanya pada awalnya juga menjadi pimpinan di perusahaan
tersebut, berhak memecat si karyawan, sementara si karyawan tidak berhak memecat
bosnya.
Satu lagi, banyak pendapat di luar sana─terutama di kalangan wiraswastawan─yang
sering kali “melecehkan” pekerjaan sebagai karyawan. Pelecehan utamanya adalah
bahwa dengan menjadi karyawan Anda tidak akan pernah bisa kaya.
Huh, kata siapa?
Pertanyaan saya, pernahkah Anda melihat karyawan yang kaya? Jangan bilang tidak
pernah. Saya pernah melihatnya. Bahkan sering. Bukan satu dua kali saya melihat ada
banyak karyawan yang bisa hidup makmur, dan tetap menjadi karyawan sampai
pensiun. Sebaliknya, banyak juga di antara karyawan yang kebetulan belum makmur,
kemudian mereka datang ke kantor kami, berkonsultasi, dan setelah itu, dalam
beberapa tahun ia mulai bisa menumpuk kekayaan satu demi satu. Dari sinilah saya
lalu berani mengeluarkan kesimpulan: “Jadi karyawan juga bisa kaya ….”
***
Sebelum memberi tahu bagaimana caranya seorang karyawan bisa mencapai
kekayaan, saya ingin memberi tahu terlebih dahulu tentang kesalahpahaman yang
selama ini terjadi di masyarakat kita. Bahkan, kesalahpahaman ini kadang-kadang
melekat dan tertulis pada kebanyakan buku wirausaha yang sering kali menyarankan
orang untuk tidak menjadi karyawan kalau ingin kaya. Apa itu? Yaitu, banyak orang
yang menyamakan kata “kaya” dengan “penghasilan tinggi”.
Kalau orang mengatakan bahwa “Jika Anda mau kaya, jangan jadi karyawan”,
maksud sebenarnya adalah bahwa “Kalau Anda mau penghasilan tinggi, ya jangan
jadi karyawan karena penghasilan Anda biasanya terbatas dan dijatah oleh orang lain.
Rahasia Menjadi Kaya … iv
Dengan demikian, kalau menunggu penghasilan Anda tinggi mungkin masih akan
sangat lama.”
Lihat bedanya? “Penghasilan Tinggi” adalah bahwa Anda mendapatkan uang masuk
(cash flow) yang besar setiap bulan, sedangkan “Kaya” adalah seberapa banyak Anda
bisa menyisihkan, menyimpan, dan menumpuk aset dari penghasilan yang Anda
dapatkan. Jadi, perbedaannya: kata “Penghasilan Tinggi” berhubungan dengan cash
flow, sementara kata “Kaya” berkaitan dengan seberapa banyak aset yang bisa Anda
dapatkan dari penghasilan tinggi itu.
Nah, masalahnya, dari pengalaman saya, sering kali “penghasilan tinggi” tidak
menjamin Anda bisa “kaya”. Saya sering melihat ada banyak orang yang punya
penghasilan tinggi, bahkan sangat tinggi, entah di kantor atau di bisnisnya, tapi karena
dia tidak bisa mengelola uangnya (entah karena boros atau karena nggak pinter
mengelola), dia tidak juga kaya. Sebaliknya, saya sering melihat ada banyak orang
yang penghasilannya terbatas, tapi karena dia pintar mengelola, dia bisa hidup kaya
dan makmur.
Contohnya, banyak pengusaha─sekali lagi, pengusaha─yang biarpun punya
pemasukan besar dari usahanya, tetapi hidup sangat boros. Akhirnya, ia tidak pernah
bisa memiliki aset apa-apa dan tidak pernah bisa “Kaya” karena penghasilannya selalu
habis. Sebaliknya, banyak karyawan─sekali lagi, karyawan─yang penghasilannya
terbatas, tapi karena dia bisa mengelola penghasilan dengan sangat baik, dia bisa
mengembangkan uangnya yang sedikit itu menjadi besar dan akhirnya bisa “kaya”. Di
usia tua, dia malah bisa hidup makmur.
Kesimpulannya?
“Karyawan memang memiliki keterbatasan dalam hal penghasilan. Namun, untuk
menjadi kaya, Anda tidak perlu harus menunggu sampai punya penghasilan besar.
Anda tetap bisa kaya berapa pun penghasilan Anda karena kemampuan Anda
mengumpulkan kekayaan tidak dilihat dari berapa besarnya penghasilan, tapi dari
bagaimana Anda mengelola penghasilan itu.”
Mantaaap.
Jadi, mulai sekarang, kalau Anda kebetulan berprofesi sebagai seorang karyawan,
jangan lagi pernah minder kalau bertemu dengan teman Anda yang pengusaha. Teman
Anda yang pengusaha mungkin saja punya penghasilan yang besar dan tidak terbatas
hingga bisa berkali-kali lipat penghasilan Anda sebagai karyawan.
Namun, kalau dalam soal mengelola penghasilan, dia belum tentu lebih baik dari
Anda sehingga bisa saja Anda-lah yang lebih kaya dalam soal finansial daripada
teman Anda yang pengusaha itu. Banyak koq karyawan yang sudah bisa mencapai
banyak hal dalam hidupnya, seperti rumah sendiri, kendaraan sendiri, tabungan,
deposito, dan sejumlah investasi lain, sementara temannya yang pengusaha yang
usianya sama dan sudah lama menjalankan usahanya belum mencapai apa-apa dalam
hidupnya, padahal penghasilan usahanya cukup besar.
Jadi, bedakan antara “kaya” dan “penghasilan tinggi”. Itu adalah 2 hal yang sangat
berbeda.
Anda tetap bisa kaya walaupun bekerja sebagai seorang karyawan. Asyik, kan?
Rahasia Menjadi Kaya … v
***
Sekarang, beberapa dari Anda mungkin bertanya: “Bagaimana caranya saya bisa
menumpuk kekayaan kalau penghasilan sebagai karyawan di kantor tidak besar?”
Jangan kaget, dari pengalaman saya memberikan materi tentang pengelolaan
keuangan, ada 3 pemikiran yang harus Anda miliki sebagai seorang karyawan:
1. Berapa pun gaji yang diberikan perusahaan kepada Anda, tidak─sekali lagi
tidak─menjamin apakah Anda bisa menumpuk kekayaan. Kalau penghasilan
Anda sekarang Rp.2 juta per bulan, Anda pikir hidup Anda akan lebih baik dan
Anda bisa menumpuk kekayaan kalau perusahaan Anda memberikan gaji Rp.5
juta per bulan? No way, Maan …
Belum tentu. Anda sering dengar nggak: ada banyak orang yang bolak-balik
pindah perusahaan hanya karena mengejar gaji yang lebih tinggi? Kenyataannya,
setelah ia pindah dan punya gaji yang lebih besar, gajinya teteeeeup saja habis
tanpa ada kekayaan yang bisa ditumpuk. Ini karena berapa pun gaji yang Anda
dapat, tidak menjamin apakah Anda bisa menumpuk kekayaan, yang menjamin
adalah bagaimana cara Anda mengelola gaji tersebut, termasuk kalau gaji itu
benar memang ngepas dengan kondisi Anda sekarang.
2. Jangan selalu menjadikan kondisi Anda di rumah─entah Anda banyak
tanggungan, banyak utang, atau boros─sebagai alasan untuk selalu minta
naik gaji. Tahu nggak, kalau Anda mendapat gaji dengan jumlah angka tertentu,
pastilah perusahaan Anda sudah memiliki hitungan sendiri terhadap besarnya
jumlah gaji yang diberikan.
Contoh ya: kalau perusahaan memberikan gaji pada Anda sebesar Rp.2 juta per
bulan, angka itu adalah angka yang memang sudah disesuaikan dengan jabatan
dan daftar pekerjaan (job description) yang harus Anda lakukan setiap harinya.
Perusahaan tidak akan memberi Anda gaji yang juga lebih besar hanya karena
Anda belum punya rumah, belum punya motor, dan selalu kehabisan uang di
tengah bulan.
Perusahaan hanya akan memberi Anda gaji sesuai dengan job description Anda,
bukan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di rumah Anda. Artinya, kalau anda
merasa bahwa gaji Anda koq sepertinya nggak cukup untuk membiayai keluarga
Anda yang anaknya banyak, yah, itu bukan salah perusahaan Anda. Toh ketika
anda menambah anak, Anda nggak minta izin dulu ‘kan ke perusahaan?
3. Menjadi kaya bergantung 100% pada apa yang Anda lakukan terhadap
keuangan Anda, tidak selalu pada apa yang diberikan perusahaan kepada
Anda. Ya, dalam soal menumpuk kekayaan: you are on your own. Itu urusan
Anda sepenuhnya. Menjadi kaya bergantung pada apa yang Anda lakukan, dan
tidak selalu pada apa yang diberikan perusahaan kepada Anda. Memang sih, akan
enak memang kalau perusahaan memberikan banyak hal kepada Anda sebagai
karyawannya. Akan tetapi, kalau Anda mau kaya, itu semua bergantung pada apa
yang Anda lakukan terhadap penghasilan dan fasilitas yang Anda dapatkan.
Saya sering kali melihat ada banyak orang yang pindah kerja, berharap gaji yang
lebih besar dengan harapan untuk jadi kaya, tapi ia sendiri tidak melakukan apaapa
untuk bisa menjadi kaya. Ia tidak berusaha untuk jadi lebih hemat, ia tidak
berusaha untuk menambah pengetahuannya agar bisa jadi kaya, ia tidak berusaha
Rahasia Menjadi Kaya … vi
mengetahui apa cara yang baik dalam mengelola gajinya, dan tidak berusaha
untuk berubah. Ia hanya meloncat dari satu perusahaan ke perusahaan lain untuk
mendapatkan gaji yang lebih besar agar bisa jadi kaya. Kenyataannya, untuk
menjadi kaya sepenuhnya bergantung pada Anda, tidak selalu pada apa yang
diberikan perusahaan kepada Anda.
Itulah 3 hal yang harus ada di pikiran Anda sebelum memutuskan untuk menjadi kaya
sebagai seorang karyawan.
Bagaimana Caranya?
Banyak orang yang bertanya ke saya: “Pak Safir, kayaknya kok nggak mungkin ya
kita bisa jadi kaya dengan menjadi seorang karyawan? Kalau kaya karena profesinya
pengusaha sih mungkin-mungkin saja. Itu masuk akal. Tetapi, sebagai karyawan?
Memang sih saya pernah melihat ada yang bisa kaya. Tetapi bagaimana caranya kalau
jabatan si karyawan di perusahaan tidak tinggi-tinggi amat? Apa bisa?”
Jawab saya: “BISA …!”
Rahasianya sebetulnya adalah dengan memaksimalkan penghasilan yang Anda
dapatkan. Saya kasih contoh ya: misalkan saja penghasilan Anda sebulan─katakan
saja─Rp.1,5 juta. Anda berkeluarga dengan 1 orang anak. Nah, rahasia untuk bisa jadi
kaya sebetulnya adalah dengan bertanya kepada diri Anda sendiri, seberapa besar dari
Rp.1,5 juta tersebut setiap bulannya yang bisa Anda sisihkan di luar pengeluaranpengeluaran
Anda? Nantinya, bagian yang disisihkan ini harus diputar sedemikian
rupa sehingga nantinya bisa menjadi aset dan membantu Anda menjadi kaya.
Aset di sini maksudnya tentu saja aset yang kelak nantinya bisa memberikan
penghasilan buat Anda. Jadi, di luar gaji, kelak nanti Anda juga akan mendapatkan
penghasilan yang sifat nya pasif dari aset tersebut, yaitu penghasilan yang bisa Anda
dapatkan walaupun Anda diam dan tidak lagi bekerja.
Oke, katakan saja dari Rp.1,5 juta perbulan tersebut Anda mampu menyisihkan
Rp.250 ribu per bulan. Nah, Rp.250 ribu per bulan inilah yang harus Anda putar untuk
bisa dijadikan aset.
Pertanyaannya, bagaimana cara memutar Rp.250 ribu per bulan itu agar bisa
ditumpuk dan dijadikan aset buat Anda kelak? Tentunya ada lagi pelajaran tentang
investasi yang perlu Anda ketahui. Hanya saja, Rp.250 ribu per bulan itu bisa Anda
putar dengan untung yang sedikit atau besar, atau dengan tingkat kecepatan yang
cepat atau lambat. Semuanya kembali kepada Anda.
Sekarang, Anda mungkin akan bertanya: “Kapan bisa kaya kalau jumlah yang diputar
setiap bulan hanya Rp.250 ribu?” Jawab saya: “Anda harusnya bersyukur. Jumlah
Rp.250 ribu per bulan jauh lebih baik daripada tidak ada sama sekali. Kalau Anda
berprofesi seperti saya, sebagai seorang Perencana Keuangan, Anda akan kaget
karena sering bertemu dengan klien yang punya penghasilan Rp.5─10 juta sebulan,
tapi tidak bisa menyisihkan hanya Rp.100 ribu per bulan. Jadi Anda harusnya
bersyukur masih bisa menabung biarpun cuma Rp.250 ribu per bulan. Kenyataannya,
Anda mungkin akan dapat bonus juga setiap tahun. Itu ‘kan bisa jadi tambahan juga
buat Anda”
Rahasia Menjadi Kaya … vii
Pertanyaan lain: “Gimana cara memutar uang yang hanya Rp.250 ribu per bulan
untuk bisa tumbuh besar dan menjadi aset buat saya kelak?” Jawab saya: “Semua
bergantung pada ke mana Anda memutar uang tersebut. Namun, percayalah, kalau
Anda rutin dan konsisten menyisihkan uang setiap bulan untuk diputar dalam bentuk
investasi, dalam jangka panjang aset Anda tumbuh luar biasa.”
“Walaupun penghasilan Anda sebagai seorang karyawan
umumnya dibatasi, tetapi Anda juga bisa menumpuk
kekayaan bila Anda tahu bagaimana caranya.”
Masalahnya, bagaimana kalau Anda tidak bisa menyisihkan penghasilan untuk
ditabung dan diputar dalam bentuk investasi? Jujur saja, kalau Anda tidak bisa
menyisihkan penghasilan untuk ditabung dan diputar dalam bentuk investasi,
penyebabnya bisa macam-macam. Akan tetapi, apa pun alasannya, berapa pun
penghasilan Anda, harus ada yang bisa disisihkan. Memang, kalau gaji Anda Rp.1,5
juta per bulan dan Anda mencoba menyisihkan uang untuk diinvestasikan, Anda
mungkin tidak lagi bisa hidup dengan Rp.1,5 juta per bulan, tapi lebih rendah dari
jumlah itu. Yaah, anggap saja itu konsekuensi yang harus Anda lakukan untuk bisa
jadi kaya dengan penghasilan yang terbatas.
Itulah sebabnya, pada salah satu kiat di buku ini, akan kita bahas juga tentang
bagaimana Anda bisa mengatur pengeluaran Anda agar─ujung-ujungnya─Anda bisa
menyisihkan penghasilan untuk diinvestasikan. Tentunya, semakin besar penghasilan
Anda, biasanya sih, harusnya akan jadi lebih mudah bagi Anda untuk meyisihkan
jumlah yang lebih besar lagi. Harusnya …
3 TRIK UNTUK BISA MENYISIHKAN PENGHASILAN
Pada kenyataannya, saya sering menemukan ada banyak orang yang─walaupun
penghasilannya besar─sering kali kesulitan untuk menyisihkan uang dari
penghasilannya. Bukan satu dua kali saya bertemu dengan orang yang punya gaji
hingga sepuluh juta, bahkan dua puluh juta, tapi teteeeeup saja susah buat mereka
untuk bisa menyisihkan penghasilan agar bisa diinvestasikan dan diputar menjadi
lebih besar lagi.
Oleh karena itu, saya punya 3 trik yang mungkin bisa Anda pakai untuk bisa
menyisihkan penghasilan sebelum penghasilan itu habis Anda pakai.
1. Menabunglah dimuka, jangan dibelakang.
Coba lihat, apakah selama ini Anda selalu menabung di belakang setelah
membelanjakan semua penghasilan Anda? Bila ya, pantas saja Anda jarang bisa
menabung. Kenapa? Oleh karena, uang Anda selalu habis tak berbekas. Maklum,
uang memang lebih enak dipakai daripada ditabung. Ya, kan? Jadi, daripada
ditabung di belakang setelah membelanjakan semua penghasilan Anda, kenapa
tidak mencoba untuk menabung di muka segera setelah Anda mendapatkan
penghasilan? Katakan saja Anda dapat penghasilan tiap tanggal 26 setiap bulan.
Cobalah menabung setiap tanggal 26, 27, atau 28 sebelum Anda memakai
penghasilan itu. “Loh, nanti penghasilan saya habis dong?” begitu mungkin kata
Anda. Ya biar saja, toh Anda sudah sisihkan dulu sebelum penghasilan itu dipakai,
kan? “Lho, nanti uang untuk biaya hidup saya dan keluarga berkurang dong?”
Rahasia Menjadi Kaya … viii
Hallah, kalaupun penghasilan Anda naik, toh penghasilan itu akan habis juga,
kan? Jadi, sebelum habis, kenapa Anda tidak selamatkan dulu sebagian, daripada
nabungnya di belakang terus habis? Ya nggak?
2. Minta tolong kantor yang memotongnya untuk Anda. Pada beberapa kasus,
Anda mungkin bisa minta tolong kantor Anda untuk memotong penghasilan Anda
dan melakukan proses menabungnya buat Anda.
Saya kasih contoh, kalau Anda punya investasi di reksadana, pembelian reksadana
tersebut harus dilakukan dengan mentransfer uang ke rekening bank kustodian
mereka. Nantinya uang itu oleh mereka dibelikan unit reksadana. Disini, Anda
bisa meminta kantor Anda untuk memotong penghasilan Anda di muka dan
melakukan proses transfer itu sehingga Anda tidak perlu lagi repot-repot
melakukan proses menabung. Toh, Anda tetap menabung di muka, kan?
Pertanyaannya sekarang, memang bisa kantor melakukannya? Bisa dong. Cuma,
Anda harus ngomong dulu ke mereka. Wong kalau anda punya utang ke kantor
saja cara pengembalian yang mereka minta adalah dengan sistem potong gaji,
kan? Kalau mereka bisa memotong gaji Anda untuk menutupi utang yang mereka
berikan buat Anda, apalagi kalau Anda cuma minta kantor melakukan proses
menabung buat Anda? All you have to do is just ask ….
3. Pakai celengan. Eit, jangan kaget, yang namanya celengan itu tidak selalu buat
anak kecil, tapi juga untuk orang dewasa. Bedanya adalah apa yang Anda celeng.
Kalau anak kecil nyeleng koin, entah seratus, lima ratus, atau seribu, Anda bisa
nyeleng─katakan─lembaran dua puluh ribu rupiah. Lho, bagaimana caranya?
Gampang: setiap kali Anda mendapatkan lembaran uang dua puluh ribu rupiah,
tetapkan tekad: JANGAN PERNAH MENGGUNAKAN UANG ITU UNTUK
BELANJA. Langsung saja masukkan ke celengan. Jadi, setiap kali bertemu
lembaran uang dua puluh ribu, langsung dicelengin.
Setiap kali bertemu lembaran dua puluh ribu, celeng lagi. Begitu seterusnya. Anda
akan kaget begitu tahu berapa jumlah yang bisa Anda kumpulkan di akhir bulan.
Misalnya, Anda belanja barang senilai Rp.15.000,- dengan menggunakan
lembaran uang Rp.50.000,-. Berarti, Anda akan punya kembalian sebesar
Rp.35.000,-, yang terdiri atas selembar dua puluh ribu dan tiga lembar lima ribu.
Nah, celengin deh uang dua puluh ribu Anda. Anda toh sudah menetapkan tekad
sebelumnya untuk tidak memakai lembaran dua puluh ribu itu, kan?
Sekarang, untuk membentuk aset dan bisa menjadi kaya, apakah semuanya harus
bergantung pada kemampuan Anda dalam menyisihkan penghasilan? Sebenarnya, ada
lagi yang menentukan, yaitu seberapa bergunanya harta yang sudah Anda kumpulkan
dan miliki sepanjang hidup Anda.
Untuk itu, kita akan membicarakannya pada kiat pertama setelah ini, yang akan
disusul dengan kiat-kiat lain yang berguna buat Anda dalam mengelola kekayaan.
Selamat membaca ….
Daftar Isi
Ucapan Terima Kasih i
Rahasia Menjadi Kaya
Sebagai Seorang Karyawan ii
Kiat No. 1 Beli dan Miliki Sebanyak
Mungkin Harta Produktif 1
Kiat No. 2 Atur Pengeluaran Anda 11
Kiat No. 3 Hati-Hati dengan Utang 19
Kiat No. 4 Sisihkan untuk Pos-pos
Pengeluaran di Masa
Yang Akan Datang 28
Kiat No. 5 Miliki Proteksi 36
Kesimpulan 44
Profil Penulis 46
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 1
KIAT NO. 1
Beli dan Miliki Sebanyak
Mungkin Harta Produktif
ke, saya tidak suka berbasa-basi, kita langsung saja masuk ke Kiat Nomor 1
dalam mengelola gaji Anda sebagai seorang karyawan. Anggap saja Anda
memutuskan membaca buku ini di rumah. Anda duduk di sofa yang nyaman
di depan teve, menyilangkan kaki Anda di atas kursi sambil mulai membaca. Di
samping Anda tersedia segelas minuman yang siap memuaskan dahaga Anda.
Sekarang, saya minta Anda menaruh sebentar buku Anda, dan melihat ke sekeliling
selama 10 detik.
Sudah?
Jika belum, sekali lagi, taruh sebentar buku ini di pangkuan Anda, lalu lihat ke
sekeliling Anda. Saya hanya minta waktu Anda 10 detik untuk melakukannya.
Sudah Anda lakukan?
Oke.
Pertanyaan saya sederhana, barang-barang apa saja yang Anda lihat di depan mata
Anda selama 10 detik tadi?
Mungkin Anda mulai berpikir: sebuah teve, radio tape, perabot rumah, hiasan dinding,
meja makan, dan seterusnya.
Daripada Anda sekadar melihat ke sekeliling selama 10 detik, bagaimana kalau saya
minta Anda melakukan satu hal sederhana berikut: ambil kertas kosong dan pulpen.
Tuliskan barang-barang yang sudah Anda milik di rumah.
Contoh:
teve,
radio tape,
perabot rumah,
hiasan dinding,
meja makan,
dan sebagainya.
Tulislah sekarang! Sebanyak mungkin. Saya beri waktu 10 menit.
O
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 2
Di bagian atas kertas tersebut, saya minta Anda menuliskan seperti ini:
“Apa yang Sudah Saya Kumpulkan Sampai Saat Ini”
Agak ke bawah, tuliskan:
a. Harta di rumah
Kalau sudah, mungkin di kertas Anda akan tertulis seperti ini:
APA YANG SUDAH SAYA KUMPULKAN SAMPAI SAAT INI
a. Harta di Rumah
Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Di bawahnya, saya minta Anda menulis seperti ini:
b. Harta tetap
Lalu, di bawahnya tulis:
Rumah (kalau memang rumah yang Anda tempati sekarang adalah rumah
sendiri, bukan mengontrak)
Mobil atau motor (kalau Anda memang memilikinya). Jangan lupa tulis
mereknya.
Sekarang, di kertas Anda mungkin akan tertulis seperti pada dibawah ini:
APA YANG SUDAH SAYA KUMPULKAN SAMPAI SAAT INI
a. Harta di Rumah
Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 3
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Setumpuk buku
b. Harta Tetap
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
Sekarang, di bawahnya, saya minta Anda menuliskan seperti ini:
c. Harta di Bank
Lalu, di bawahnya tulis:
Tabungan (sebutkan banknya)
Deposito (sebutkan banknya)
Setelah itu, mungkin di kertas Anda akan tertulis seperti ini:
APA YANG SUDAH SAYA KUMPULKAN SAMPAI SAAT INI
a. Harta di Rumah
Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Setumpuk buku
b. Harta Tetap
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 4
c. Harta di Bank
Tabungan di BCA
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
Kemudian, di bawahnya lagi, saya minta Anda menuliskan seperti dibawah ini:
d. Harta Lain
Di bawahnya, tuliskan harta lain yang Anda miliki kalau memang ada seperti
reksadana, koin emas, dan lain-lain.
Sekarang, di kertas Anda akan tertulis seperti ini.
APA YANG SUDAH SAYA KUMPULKAN SAMPAI SAAT INI
a. Harta di Rumah
Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Setumpuk buku
b. Harta Tetap
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
c. Harta di Bank
Tabungan di BCA
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
d. Harta Lain
Reksadana Pendapatan Tetap (dari Trimegah)
Jangan lupa, kalau Anda mempunyai harta lain seperti tanah atau produk-produk
invesatsi lain, tulis juga. Kalau Anda memiliki bisnis, jangan lupa tulis juga di bagian
Harta Lain itu.
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 5
Sekarang, saya minta Anda mengambil kertas baru, dan bagi kertas tersebut menjadi
dua kolom sebagai berikut:
Dari dua kolom tersebut, di sebelah kanan atas tulis “HARTA KONSUMTIF”, dan di
kolom sebelah kiri, tulis “HARTA PRODUKTIF”.
Pindahkan daftar harta yang sudah Anda tulis tadi ke dalam kertas baru ini.
Caranya mudah, bila harta yang Anda tulis di kertas pertama tadi tidak memberikan
penghasilan untuk Anda, entah penghasilan bulanan maupun penghasilan berupa
keuntungan bila dijual lagi, tuliskan di kolom sebelah kanan, di bawah tulisan
“HARTA KONSUMTIF”.
Namun, bila harta tersebut memberikan penghasilan kepada Anda, entah bulanan
maupun penghasilan berupa keuntungan bila dijual lagi, tuliskan di kolom sebelah
kiri, di bawah tulisan “HARTA PRODUKTIF”.
Sekadar catatan:
Untuk Rumah, bila rumah tersebut Anda tempati, masukkan di kolom sebelah
kanan, di bawah Harta Konsumtif.
Untuk Tabungan, kalau tabungan itu sering Anda ambil untuk belanja atau
keperluan konsumtif, anggap saja Harta Konsumtif. Kalau tabungan itu tidak
pernah diambil, bolehlah Anda masukkan ke Harta Produktif (biarpun
produktif nya tidak seberapa sekarang).
Mari kita lihat kertas Anda yang kedua setelah Anda melakukan apa yang saya minta.
HARTA PRODUKTIF HARTA KONSUMTIF
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
Reksadana Pendapatan Tetap (dari
Trimegah)
Teve
Radio tape
Perabot rumah
Hiasan dinding (5 buah)
Meja makan
Handphone
Sofa (3 buah)
Komputer
Perangkat makan
Ranjang (4 buah)
Perhiasan
Peralatan masak
Busana (banyak sekali)
Kaset dan CD (banyak sekali)
VCD dan DVD (banyak sekali)
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 6
Setumpuk buku
Rumah
Mobil Kijang
Motor Yamaha
Tabungan di BCA (untuk belanja)
Hitunglah jumlah pos di kolom sebelah kanan dan di kolom sebelah kiri. Betul, di
kolom sebelah kanan ada 20 pos, di sebelah kiri hanya tiga pos.
Pada seminar yang saya bawakan, saya sering melakukan permainan di atas dan
menemukan perbandingan 3:20 adalah perbandingan yang sangat biasa. Perbandingan
tersebut kadang-kadang bisa jadi 2:20 atau 1:20. Jangan kaget kalau perbandingan
tadi kadang-kadang bisa 0:20 alias orang tersebut tidak pernah menabung.
Berapa tahun sih Anda bekerja dan mendapatkan penghasilan; 5 tahun? 10 tahun?
Atau mungkin sudah 15 tahun? Gila, 15 tahun bekerja, tapi sampai sekarang harta
produktif Anda baru 2─3 pos.
Kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa setiap bulan kita lebih banyak membeli
barang yang termasuk harta konsumtif. Bahkan, kalau Anda perhatikan, setiap tanggal
muda setelah menerima gaji, orang selalu memenuhi mall, plaza, atau pusat
perbelanjaan hanya untuk menambah barang-barangndi rumahnya, entah itu betulbetul
diperlukan atau tidak. Ya, mall dan pusat perbelanjaan memang menjadi sentra
barang-barang konsumtif, dan sadar atau tidak, kita selalu pergi ke situ tanpa pernah
berusaha memiliki harta produktif.
Mungkin Anda berkata, “Iya sih, harta produktif saya cuma tiga, sementara harta
konsumtif saya ada 20. Tapi, dari tiga yang produktif itu kan besar-besar angkanya.”
Benarkah angkanya memang besar? Kalau benar syukuur… Jangan lupa bahwa kita
tidak berbicara angka di sini, tapi berbicara tentang jumlah pos Harta produktif yang
Anda punya. Nah, dengan perbandingan jumlah pos yang sangat berbeda, saya ingin
menunjukkan bahwa secara tidak sadar alam bawah sadar kita selalu dipenuhi
keinginan untuk membeli barang-barang yang tidak produktif. Buktinya, Harta
Konsumtif Anda jauh lebih bervariasi daripada Harta Produktif.
“Tapi kan Harta Konsumtif saya berguna,” kata Anda. “Teve, radio tape, kan ada
gunanya … Teve saya tonton, radio tape saya dengar.”
Betul, ada gunanya, karena itu disebut konsumtif.
Pertanyaannya sekarang, apakah Anda tidak boleh mempunyai barang konsumtif?
Apakah Anda tidak boleh mempunyai teve, radio tape, komputer, busana atau barangbarang
konsumtif lainnya? Atau bahkan apakah Anda tidak boleh bermimpi untuk
mempunyai handphone tipe terbaru yang diiklankan di teve? Boleh-boleh saja, tapi
jangan lupa menumpuk dan menambah koleksi harta produktif, supaya kelak kalau
gaji Anda berhenti, Anda bisa tetap mempunyai penghasilan dari Harta Produktif.
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 7
Harta yang Bisa Memberikan Penghasilan
Seperti sudah saya utarakan, yang harus Anda lakukan adalah memiliki sebanyak
mungkin Harta Produktif. Bahkan, inilah langkah pertama yang harus Anda lakukan
setelah mendapatkan gaji: menyisihkan sebagian untuk dibelikan Harta Produktif.
Jangan mengira Harta Produktif itu sesuatu yang sangat mahal dan hanya bisa dimiliki
dengan uang sangat banyak. Jangan lupa, produk tabungan di bank pun tergolong
Harta Produktif kalau Anda memakainya untuk investasi dan tidak pernah diambil,
biarpun pada saat ini bunganya kecil.
Apa saja yang bisa yang digolongkan Harta Produktif atau harta yang bisa
memberikan penghasilan untuk Anda? Prinsipnya, hanya ada empat kelompok besar
Harta produktif yang bisa Anda miliki. Kita bisa lihat dibawah ini:
a. Produk Investasi
b. Bisnis
c. Harta yang Disewakan
d. Barang Ciptaan
a. Produk Investasi
Produk investasi adalah salah satu jenis harta yang bisa memberikan penghasilan
kepada Anda, baik penghasilan rutin maupun penghasilan yang hanya sesekali
atau bahkan hanya sekali saja. Produk investasi yang bisa memberikan
penghasilan rutin biasanya berbentuk Produk Investasi Pendapatan Tetap. Produk
ini biasanya memberikan bunga dan jumlah nominal uang yang investasikan tidak
akan berkurang.
Contohnya, deposito di bank. Deposito adalah produk dimana Anda menaruh uang
di bank selama jangka waktu tertentu, kemudian pada saat jatuh tempo Anda akan
mendapatkan bunga dan tidak lupa uang yang Anda taruh di bank akan
dikembalikan. Bagaimana dengan tabungan di bank? Apakah ini juga tergolong
Produk Investasi Pendapatan Tetap? Ya, karena produk tabungan di bank
memiliki prinsip yang hampir sama dengan deposito. Bedanya, pada deposito
uang Anda “dikunci” dan tidak boleh diambil sampai jangka waktu tertentu, dan
pada tabungan uang Anda tidak “dikunci”. Inilah yang membuat produk tabungan
di bank bisa saja digunakan untuk investasi. Hanya saja pada praktiknya, karena
kecilnya bunga dan fleksibilitas dalam pengambilan, orang sering kali tidak lagi
menjadikan produk tabungan di bank sebagai tempat investasi, tapi hanya sebagai
tempat menyimpan. Bila ada rekrening tabungan yang Anda perlakukan seperti
ini, Anda harus menggolongkannya ke dalam Harta Konsumtif.
“Walaupun penghasilan Anda sebagai seorang karyawan
umumnya dibatasi, tetapi Anda juga bisa menumpuk
kekayaan bila Anda tahu bagaimana caranya.”
Selain Produk Investasi Pendapatan Tetap, jenis produk investasi kedua adalah
produk investasi yang memberikan keuntungan dari pertumbuhan, di mana
penghasilan yang Anda dapatkan bukan berasal dari bunga, tapi dari pertumbuhan
nilainya. Artinya, penghasilan yang Anda peroleh dari harta tersebut baru bisa
Anda dapatkan kalau Anda menjualnya. Jadi, penghasilan yang Anda dapatkan
cuma sekali. Contohnya reksadana, emas, saham, tanah, produk-produk investasi
yang sifatnya jual beli.
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 8
Nah, menariknya, banyak orang yang merasa bahwa Harta Produktif hanya bisa
dimiliki dengan modal besar. Nggak jugalah! Beberapa produk reksadana pada
saat ini sudah bisa dimiliki dengan modal awal hanya dengan beberapa ratus ribu
rupiah. Deposito bisa dimiliki dengan investasi awal yang hanya beberapa juta
rupiah. Koin emas juga bisa dimiliki dengan nilai awal 5 gram. Kalau gaji Anda
terbatas, nggak selalu harus mahal ‘kan untuk bisa memiliki Harta Produktif?
b. Bisnis
Banyak orang menyisihkan gaji setiap bulan untuk dijadikan modal bisnis. Tidak
semua bisnis memerlukan modal besar. Beberapa orang yang datang ke seminar
saya malah mengaku tidak membutuhkan modal besar ketika memulai bisnis.
Bisnis yang bergerak di bidang jasa sering kali tidak membutuhkan modal besar,
kecuali untuk sejumlah peralatan kantor sederhana yang bisa dibeli dengan
menyisihkan sebagian kecil dari gaji Anda selama enam bulan gaji.
Bisnis adalah salah satu Harta Produktif yang bisa Anda miliki. Masalahnya
sekarang, ada banyak orang bisa menyisihkan gaji untuk modal bisnis, tapi masih
saja takut memulai. Saran saya sederhana: mulai saja. Anda tidak akan pernah
tahu bagaimana sebuah bisnis bisa berjalan kecuali Anda memulainya.
Anda mempunyai kendala waktu? Ya, jangan lakukan saat jam kerja. Banyak
orang bisa memulai bisnis dengan berpartner atau menyerahkan pengelolaannya
kepada orang lain. Orang lain itulah yang menjalankan bisnisnya, sementara orang
yang mempunyai modal bisa tetap mencurahkan waktu untuk pekerjaannya.
Sekali lagi, ini memang bukan pekerjaan gampang, tapi Anda tidak akan tahu
kalau tidak mencoba.
c. Harta yang Disewakan
Sebuah Harta Konsumtif, bila Anda menyewakannya dan bisa mendapatkan uang
dari situ, maka bisa disebut Harta Produktif. Harta apa saja yang bisa Anda
sewakan? Banyak. Sebuah rumah bisa disewakan kepada keluarga muda yang
belum mampu membeli rumah sendiri. Mobil Kijang Anda bisa disewakan kepada
tamu hotel yang ingin melakukan perjalanan dalam kota dan membutuhkan
transportasi. Motor Anda bisa disewakan secara bulanan untuk diojek. Bahkan,
Anda bisa membuat gerobak nasi goreng untuk Anda sewakan secara harian
kepada penjual nasi goreng.
Apa yang bisa Anda lakukan sekarang dengan gaji Anda adalah mencoba
menyisihkannya sedikit demi sedikit agar dapat memiliki harta yang kelak bisa
Anda sewakan. Bahkan, kalau mau, jika beberapa dari harta tersebut sudah Anda
miliki di rumah dan kebetulan tidak terlalu sering dipakai, Anda bisa
menyewakannya. Contoh paling mudah adalah motor yang bisa diojekkan atau
komputer di rumah bisa juga Anda jadikan bagian dari usaha rental komputer
Anda.
d. Barang Ciptaan
Barang Ciptaan adalah salah satu Harta Produktif yang bisa Anda buat sendiri.
Banyak orang bisa membuat sesuatu, memproduksinya secara massal (entah
dengan modal sendiri atau modal orang lain), menjualnya dan mendapatkan
royalti. Royalti adalah penghasilan yang umumnya diterima terus-menerus dari
penjualan barang atau sesuatu yang sifatnya ciptaan.
Beli dan Miliki Sebanyak Mungkin … 9
Contoh sederhana Barang Ciptaan adalah buku yang sedang Anda baca sekarang.
Saya menulis buku ini selama beberapa minggu, kemudian saya datang ke
penerbit. Penerbitlah yang akan memproduksinya secara massal dengan uang
mereka. Sebagai pengarang, saya akan menerima royalti yang besarnya sekian
persen dari setiap buku yang terjual. Artinya, begitu Anda membeli buku ini,
Anda sudah memberikan royalti kepada saya.
Contoh lain adalah album lagu; seseorang bisa merekam suaranya, mengirimkan
rekaman tersebut ke perusahaan rekaman, dan ─kalau mereka suka─rekaman lagu
Anda akan diproduksi secara massal.
Saatnya Anda berpikir dan menciptakan sendiri Barang Ciptaan yang tepat untuk
Anda. Prinsip-prinsipnya, Barang Ciptaan umumnya dibuat dengan keahlian
tertentu dan biasanya hanya membutuhkan sedikit dari gaji Anda tiap bulan.
Ketika saya membuat buku ini, misalnya, saya membutuhkan komputer yang
pembeliannya dari gaji saya.
Kiat Nomor 1
“ BELI DAN MILIKI
SEBANYAK MUNGKIN HARTA PRODUKTIF”
Bagaimana Melakukannya?
1. Tentukan Harta Produktif yang ingin Anda miliki.
2. Tulis pos-pos Harta Produktif yang Anda inginkan tersebut di kolom Harta
Produktif. Contoh nya seperti pada tabel di halaman berikut.
3. Segera setelah mendapatkan gaji, prioritaskan untuk memiliki pos-pos Harta
Produktif sebelum Anda membayar pengeluaran Anda yang lain. Kalau perlu,
pelajari seluk-beluk masing-masing Harta Produktif tersebut.
HARTA PRODUKTIF HARTA KONSUMTIF
Tabungan di Bank Niaga
Deposito di Bank Mandiri
Reksadana Pendapatan Tetap (dari
Trimegah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar